Jumat, 27 September 2013

Oliver Scott Sykes (Olliver Sykes, Bring Me The Horizon) "Owner Drop Dead Clothing"



     Olliver Scott Sykes atau yang lebih kita kenal Oliver Sykes penyanyi dari band ternama Inggris "BRING ME THE HORIZON" adalah owner atau pemilik sah brand ternama Drop Dead.
Drop Dead adalah salah satu clothing yang saat ini sedang naik daun dipasaran dunia/internasional.
 
      Drop Dead didirikan pada tahun 2005, pada saat itu Olli masih kuliah disalah satu Universitas ternama di Inggris. Olli sangat suka dengan desain dan seni dari situlah dia mendapatkan ide untuk membangun atau membuat sebuah brand pakaian dan akhirnya dia menemukan nama DROP DEAD dan dia juga mendapatkan Logo yang pas buat karyanya tersebut dan diberi nama kitty brainz.

Maaf teman-teman hanya itu yang bisa saya ketahui tentang pemilik Drop Dead, dikarenakan masih banyak dirahasiakan oleh sumbernya.



Sumber : www.wikipedia.com
 

Biografi Peter Firmansyah "Owner Brand Peter Say Denim"

Kamis, 26 September 2013

Biografi Peter Firmansyah "Owner Peter Say Denim"

 
     Jika anda termasuk salah satu pecinta produk jeans atau Denim anda pasti mengenal salah satu produk bernama PeterSaysDenim, dan anda pasti mengira salah satu brand terkenal ini berasal dari luar negeri, dugaan anda salah, produk ini merupakan asli buatan Indonesia yang diciptakan oleh Peter Firmansyah seorang anak muda yang berasal dari Indonesia yang menciptakan dan memproduksi jeans, baju, serta perlengkapan fashion lainnya yang telah dikenal diluar negeri dan bersanding dengan merk-merk lainnya seperti Ripcurl, Volcom, Machbeth, dll. Produk PSD (Peter says denim) buatan Peter Firmansyah juga banyak digunakan oleh band-band dari dalam dan luar negeri karena kualitasnya. Kesuksesan yang diraih oleh Peter Firmansyah tidak serta merta dicapai dalam waktu yang cepat melainkan membutuhkan waktu yang lama, Peter Firmansyah merupakan Anak muda kelahiran Kota Sumedang, pada tanggal 4 Februari 1984. Peter Firmansyah terlahir dari keluarga yang sederhana. Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan.

     Peter Firmansyah pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan. Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter. Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu Peter Firmansyah berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru. Selain itu, Peter juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket. Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta.
 
     Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter Firmansyah memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya perselisihan yang sempat disesali Peter karena sudah menghabiskan biaya besar. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas, Peter Firmasnyah kemudian mulai berkerja di pabrik yang membuat produk Rusty, Volcom dan globe. Dari situlah Peter Firmansyah mulai belajar tentang pemilihan produk, pembuatan, hingga pemasaran produk. Pada tahun 2005, Peter Firmansyah kemudian nekat membuat produk jeans dengan nama Defense berbekal pengalaman yang ia dapat dari pabrik pembuatan produk produk terkenal namun singkat cerita produk buatannya gagal dipasaran.

      Peter Firmansyah juga seorang pemain band, dan dari band-nya "Peter says sorry" itulah kemudian Peter punya banyak kenalan musisi dan tahu bagaimana kebutuhan musisi terutama band-band rock untuk tampil di sebuah stage. Dan memang pengalaman adalah guru yang terbaik. Pekerjaan yang dimulai dari bawah akan lebih banyak memberi ilmu, dan membuat kita bergerak terus ke atas daripada mereka yang kemudian sudah start dari atas. Yang ada justru kebanyakan mereka collapse dan jatuh ke bawah. Alasannya jelas, mereka tidak tahu apa yang dibutuhkan di bawah, karena sebenarnya pusat dari sebuah produksi adalah bagaimana kinerja mereka yang di bawah. Pada tahun 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.

      Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Bermodal tabungannya
 
sebanyak Rp 5 juta, ia mulai memproduksi celana jins sendiri. Pertama-tama, Peter membuat lima potong jins. Ternyata, produk perdananya ini laris. Pesanan berdatangan dan ia menambah produksi hingga 20 potong lebih. Selama enam bulan pertama, ia benar-benar membanting tulang. Mulai belanja bahan, mengukur, mengawasi tukang jahit, hingga mengantarkan pesanan jins ke konsumen ia kerjakan sendiri.

      Akan tetapi, jins yang diberi merek Peter Says Denim (PSD) itu tak selamanya laku. Sebab, sejak awal, ia membanderol jins dengan harga tinggi. Karena itu, ia kerap menerima cemoohan dan penolakan konsumen. Peter Firmansyah lantas memasang strategi dengan fokus mempromosikan jins buatannya ke anak-anak band. Ia melakukan pendekatan khusus supaya anak band yang jam terbang sudah banyak mau memakai jinsnya sebagai promosi. Tak hanya band lokal, Peter juga mendekati band-band luar negeri. Peter lalu membuat website khusus untuk menjajakan produk Peter Says Denim. Untuk memperkuat bisnis online ini, ia menggelontorkan lagi duit Rp 5 juta. Ternyata pilihan itu tepat. Lewat situs online-nya, Peter Say Denim dikenal di Amerika, Kanada, Australia, Singapura, dan Malaysia. Hasilnya, kini saban bulan, Peter memproduksi 500 hingga 1.000 potong jins.
 
     Meski bisnis distro di Bandung menjamur hingga 400 gerai lebih, jins Peter Says Denim tetap unggul lantaran berani tampil beda. Peter Firmansyah mengaku, jins buatannya sebenarnya tak beda jauh dengan jins lokal lain. Tapi, dia berhasil mengubah citra produk lokal yang tak bisa bersaing dengan kualitas nomor satu layaknya jins branded. Tak butuh waktu relatif lama, usahanya dalam berbisnis jeans mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri. Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim. Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.
 
     Saat ini Peter Firmansyah telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya tersebut. Dia telah menjadi seorang pengusaha muda dengan omset ratusan juta perbulan dan tengah merencanakan untuk membuka sebuah kantor perwakilan PSD lagi di Amerika Serikat. Selain itu, Peter telah mengembangkan usahanya ke bidang lain seperti studio tato dan label rekaman. Dia juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini dia masih memiliki mimpi-mimpi yang ingin untuk dia raih.
 
 
Sumber : www.google.com

Rabu, 18 September 2013

Drop Dead - Ready Order

 
Ice zombie cream Drop Dead @80

 
DD Zombie @80

 
Kitty Brain @80

 
FTLOG Drop Dead @80

 
DD wolf monster @80

 
DD Gravity @80

 
DD Architects @80

 
DD Kiddt Monts @80

Kamis, 05 September 2013

DC Studio Shoes

 
DC Studio @300

 
DC Studio @300



Note : Masih tersedia warna lain ( the other colour is available )

Giant Flame Shoes

 
Giant Flame @200

 
Giant Flame @200

 
Giant Flame @200

Vans Shoes

 
Vans Authentic @215

 
Vans PopLite @400

 
Vans Authentic @215

 
Vans PopLite @400

 
Vans PopLite @400

 
Vans PopLite @400

Sepatu Olahraga ( Sport Shoes )

 
Nike Free @300

 
Nike Futsal CTR @285

 
New Balance 574 Green @315

 
New Balance 574 Blue Sky @315

 
New Balance 574 Black Mix @315


 
Nike Futsal ACC @280
 
Nike Free @300

 
Nike Futsal CTR @280

 
Nike Free 3.0 @300

 
Nike Futsal ACC @280

 
Nike Futsal CTR @280